FARMAKOKINETIKA
KLINIK
Definisi
Farmakokinetika klinik adalah aplikasi dari
prinsip-prinsip farmakokinetika pada manajemen terapi. Manajemen terapi yang
dimaksudkan ini adalah aturan dosis, meliputi besar dosis (how much), frekuensi pemberian (how
often), dan lama masa pemberian (how
long).
Manajemen Terapi
Manajemen terapi ditentukan oleh tujuan terapi. Tujuan
terapi diantaranya:
1.
Menyembuhkan, contohnya antibakteri.
2.
Meringankan gejala, contohnya obat influenza.
3.
Mencegah, contohnya multivitamin.
4.
Menghentikan keparahan, contohnya antihipertensi.
Keberhasilan tujuan terapi ini dicapai bila manajemen
terapi dan obat pilihannya tepat. Kedua hal ini harus dalam range terapetik.
Latar belakang dari farmakokinetika klinik adalah
variabilitas pasien; tuntutan pasien; serta regulasi dan apresiasi prediksi
nilai farmakokinetika. Variabilitas pasien merupakan perbedaan karakteristik
pada pasien. Yang termasuk dalam variabilitas pasien adalah dosis individu.
Tuntutan pasien merupakan segala sesuatu yang dibutuhkan pasien, misalnya masa
lalu permasalahan terapi yi trial and
error, spesialisasi ilmu kedokteran, dan bermacam-macam obat baru semakin
berkembang di dunia. Yang dimaksud dengan regulasi dan apresiasi prediksi nilai
farmakokinetika ini misalnya tuntutan data klinik atau sertifikat
bioavaibilitas/bioekuivalen dan penghargaan terhadap prediksi nilai
farmakokinetika terhadap tujuan terapi.
Bagi farmasis, aplikasi farmakokinetika klinik terletak
pada riset atau uji klinik dan penentuan dosis individu. Aplikasi ini dapat
dijabarkan sebagai berikut: peningkatan pengetahuan dan keterampilan farmasi
klinik dalam hal peningkatan kemampuan dalam monitoring peresepan (dosis obat,
frekuensi penggunaan, lama masa pemberian, nama obat yang hampir mirip, dan
komposisi obat termasuk potensi interaksinya) serta pemberian informasi obat.
Permasalahan dalam pemberian informasi obat yaitu dalam mengidentifikasi
kerasionalan pemakaian obat (kemanjuran dan keamanan) dan menjamin penggunaan
obat yang rasional dengan memperhatikan 4T1W (tepat obat, tepat pasien, tepat aturan pakai, tepat cara pakai, serta waspada
efek samping dan efek obat).
Nasib Obat dalam
Tubuh
Ketika obat terabsorpsi ke dalam tubuh secara per oral,
obat akan mengalami first past effect, kemudian
masuk ke sirkulasi sistemik. Yang terdapat dalam sirkulasi sistemik hanya obat
bebas, di mana akan berikatan dengan reseptor untuk menimbulkan efek, sedangkan
obat yang lain akan berikatan dengan protein darah. Obat bebas di dalam
jaringan akan berubah menjadi obat terikat dan selanjutnya akan berubah menjadi
obat terikat dan akan berubah lagi dalam bentuk bebas yang akan mengalami
eliminasi. Eliminasi yang terjadi ini dapat mengalami biotransformasi atau
ekskresi. Obat yang mengalami biotransformasi akan keluar dari ginjal,
sedangkan obat yang mengalami ekskresi akan keluar dari ginjal.
Tahap-tahap yang dilalui obat di dalam tubuh adalah
sebagai berikut:
1.
Absorpsi
Adalah proses masuknya molekul obat dari tempat pemberian
ke sirkulasi sistemik. Contohnya supositoria, yang diabsorpsi secara
intravaskuler. Parameter absorpsi adalah ka (konstanta absorpsi) (jam-1/menit
-1).
2.
Distribusi
Adalah penyebaran obat yang masuk ke sirkulasi sistemik
ke seluruh tubuh. Contohnya Imipramine (obat depresi) dengan Vd = 1000, yang terdistribusi
ke jaringan yang sangat dalam. Parameter distribusi adalah Vd (volume
distribusi). Apabila range Vd > 40 L maka dapat terdistribusi dalam jaringan
yang sangat dalam, angka Vd yang tinggi menunjukkan penyimpangan obat yang
besar di dalam tubuh.
3.
Eliminasi
Adalah proses yang menyebabkan penurunan atau
penghilangan konsentrasi obat dalam tubuh. Proses eliminasi dibagi menjadi 2
yaitu metabolisme dan ekskresi. Pada tahap metabolisme terjadi reaksi fase 1
dan reaksi fase 2. Reaksi fase 1 di mana obat diubah menjadi lebih polar,
sedangkan pada reaksi fase 2 adanya reaksi konjugasi untuk menambah kepolaran.
Proses ekskresi adalah proses pembuangan zat-zat sisa yang ada di dalam tubuh.
Untuk obat yang lebih polar akan diekskresikan melalui ginjal. Parameter
eliminasi adalah clearance (Cl) (L/jam), kel (jam-1), dan t ½ (jam).
Faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi adalah :
a.
Umur
Semakin tua umur, fungsi organ semakin turun. Pada bayi
berumur 1 bulan, fungsi organ belum sempurna. Contohnya pada kasus bayi yang
mengalami demam, dokter selalu memberikan paracetamol bukan ibuprofen. Hal ini
dikarenakan paracetamol jalur utama biotransformasinya adalah sulfatasi, pada
bayi enzim pertama yang dibentuk adalah enzim sufatasi, sedangkan pada
ibuprofen jalur biotransformasinya adalah jalur glukoronidasi yang pada bayi
belum ada enzim yang terbentuk untuk jalur tersebut.
b.
Genetika
Genetika mempengaruhi proses eliminasi, contohnya adalah
ras tertentu seperti warna kulit, di mana perbedaan ras ini mempengaruhi
tingkat eliminasi obat ( orang jepang vs orang eskimo).
c.
Sex
Sex atau
gender terdapat perbedaan namun tidak bermakna.
d.
Kebiasaan merokok atau minum alkohol
Kedua kebiasaan ini dapat menyebabkan kerusakan hati dan
paru-paru, jika hal ini terjadi dapat mempengaruhi proses eliminasi.
e.
Keadaan patologis organ eliminasi
Clearance (Cl)
adalah volume cairan tubuh yang dibersihkan dari obat per satuan waktu (L/jam).
Dengan clearance dapat diketahui
regimen terapi. Clearance berbeda
dengan laju eliminasi, tetapi masih saling berhubungan. Untuk obat ginjal, clearace renal paling penting.
Total body clearance
merupakan tetapan dan jumlah dari clearance
semua organ. Untuk menghitung Clearance
total digunakan persamaan sebagai berikut :
Cltotal = Clkidney
+ Clsaliva + Cllungs
Cltotal = 0.693 (Vd)
t 1/2
Daftar Pustaka
Kuliah Farmakokinetika Klinik, 2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar